POST PARTUM
A. Puerperium
1.
Pengertian
Puerperium adalah periode sejak mulai
persalinan, selama dan segera sesudah melahirkan. Hal tersebut kemudian
ditambah dengan minggu-minggu berikutnya dimana fungsi reproduksi pulih kembali
seperti keadaan tidak hamil yang lamanya 6 minggu. (Pritchard, Akhmad Jazuli. dkk,
2000)
Periode setelah kelahiran sampai dengan 6
minggu yang diperlukan uterus dan organ reproduksi lainnya untuk kembali
kekeadaan seperti sebelum hamil. (Arlene Burroght, Maternity Nursing)
2.
Periode masa nifas ada 3 :
a.
Puerperium dini : Kepulihan dimana
ibu diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan.
b.
Puerperium intermedial : Kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c.
Remote puerperium : Waktu yang
dipulihkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bila berminggu-minggu,
bulanan, bahkan tahunan (Muchtar Rustam, 2004).
Pada masa puerperium akan terjadi perubahan
fisiologi dan psikologis dimana perubahan-perubahan tersebut dianggap sebagai
kejadian yang normal.
3.
Tujuan Post Partum
Adapun tujuan dari post partum adalah :
a. Membantu dan mensuport kesembuhan ibu kekeadaan
seperti sebelum hamil.
b. Mengkaji dan mengidentifikasi penyimpangan dari
kondisi normal.
c. Mendidik ibu tentang perawatan bayinya (infant
care) dan dirinya (self care).
Karakteristik nifas :
a. Involusi
b. Laktasi
c. Lochea
(Arlene Burroght, Maternity
Nursing)
4. Adaptasi, fisiologi dan psikologi post partum.
a. Sistem reproduksi
1) Involusi uterus
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan
otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil. Sesudah plasenta
lahir berat rahim 1000 gram, seminggu kemudian 500 gr, 2 minggu post partum 375
gram dan pada akhir puerpurium 50 gr.
Waktu
|
Posisi Fundus Uteri
|
1 – 2 jam PP
12 jam PP
3 hari PP
10 hari PP
|
Antara umbilicus sympisis pubis.
Pada umbilicus atau 1 jari di atasnya.
3 Jari di bawah umbilicus.
Tidak dapat diraba di atas sympisis.
|
Proses proteolitik adalah pemecahan protein
yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan air saat hamil akan
terjadi pengeluaran urine setelah persalinan sehinga pemecahan protein dapat
dikeluarkan. (Manuaba I.B.G., 2001)
Proses involusi terjadi karena :
a) Autolysis
Proses pengahancuran jaringan otot-otot uterus
yang tumbuh karena hiperplasi. Faktor penyebab autolisis ini dimungkinkan
terjadi arena penghancuran protoplasma dari jaringan yang diserap oleh darah
kemudian dikeluarkan oleh ginjal, hal inilah yang menyebabkan ibu sering
berkemih pada hari pertama post partum.
b) Aktivitas otot-otot
Kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah
partus yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelipatan
plasenta. Dan berguna untuk mengeluarkan isis
uterus yang dipulihkan dengan adanya kontraksi dan retraksi uterus yang terus
menerus menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus, sehingga
jaringan otot-otot uterus menjadi lebih kecil.
c) Ischemia
Kurangnya suplai darah ke uterus. Pada masa
kehamilan uterus mendapat suplai darah yang banyak agar mengadakan hipertrophy
dan hiperplasi. Sedangkan setelah bayi dilahirkan hipertrophy dan hiperplasi
uterus tidak diperlukan lagi, maka suplai darah pun berkurang dan kembali
seperti sebelum hamil.
Selain perubahan uterus, pada ovarium pun juga
terjadi perubahan, yaitu pada waktu kehamilan ovarium tidak memecah sel telur.
Hal ini terjadi karena adanya hormon progesteron dan estrogen yang menekan FSH.
Pada masa nifas hormon progesteron dan estrogen
menurun sehingga FSH kembali akan mempengaruhi primordial folicel, terjadi
folicel de graf dan bila ovum tidak dibuahi akan terjadi Menstruasi.
2) Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus
melalui vagina dalam masa nifas.
Lochea dibedakan menjadi 3 jenis :
a) Lochea Rubra
Keluarnya pada hari ke-1 – 3 post partum dengan
karakteristik warna merah, bau anyir, mengandung eritrosit, sisa selaput
ketuban, sel desidua, sisa-sisa vernik kaseosa dan leukosit.
b) Lochea Serosa
Keluar hari ke-4 – 9 post partum, dengan
karakteristik darah merah muda sampai
coklat, bau anyir, jumlah berkurang, mengandung serum, sel darah tua, sisa
jaringan dan leukosit.
c) Lochea Alba
Keluar hari ke-10 – 15 post partum atau lebih
dengan karakteristik putih kekuningan dan bau amis.
3) Perubahan serviks dan vagina
Segera setelah persalinan serviks kolaps dan
lembek, nampak lunak, oedema dan banyak laserasi kecil. Beberapa hari kemudian
dapat dilewati 2 jari dan pada akhir minggu I hanya dapat dilalui 1 jari.
Segera setelah melahirkan dinding vagina tampak
oedema dan memar serta permukaan belakangnya mengalami laserasi. Rugae vagina
akan timbul pada minggu ke-3.
b. Sistem Kardiovaskuler
Kehilangan darah 400 – 500 ml pada persalinan
melalui jalan lahir adalah normal dan akan menjadi dua kali lebih besar pada
sectio caesaria cardial output. Kembali ke keadaan sebelum hamil sekitar minggu
ke-3 post partum. Hipotensi ortostatik mungkin tejadi pada 48 jam I post
partum. Bradikardi dapat terjadi 6 – 8 hari post partum. Bradikardi akan
kembali normal dalam 3 bulan.
c. Sistem Perkemihan
Selama proses persalinan vesika urinaria bisa
mengalami trauma akibat tekanan sehingga menyebabkan oedema dan menimbulkan
overdistensi dan pengeluaran kandung
kemih tidak sempurna. Diuresis terjadi
dalam 12 jam pertama post
partum. Berkemih spontan dalam 6
jam pertama post partum.
d.
Sistem Gastrointestinal
Motilitas dan tonus otot sistem gastrointestinal biasanya kembali normal
dalam 2 minggu post partum. Setelah persalinan ibu merasa lapar dan haus karena
penggunaan energi. Pada periode awal post partum dapat terjadi konstipasi karena
penurunan motilitas usus dan tonus otot abdomen, kehilangan cairan, rasa
tidak nyaman pada perineum,
penggunaan enema kala 1 dan hemoroid.
e.
Sistem Endokrin
Setelah plasenta lahir, esterogen dan progesteron mengalami penurunan sedangkan prolaktin akan rneningkat. Menstruasi terjadi setelah 12 minggu post partum pada ibu menyusui dan 36 minggu post partum pada ibu menyusui.
Laktasi adalah pembentukan dan
pengeluaran ASI.
Setelah kelahiran ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak lagi
menghambatnya, kelenjar pituitary mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, terbukti adanya efek prolaktin pada payudara. Pembuluh darah dalam payudara menjadi bengkak tensi darah dan ini menyebabkan hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel yang menghasilkan air
susu mulai berfungsi dan air susu
mencapai puting melalui saluran susu. Mengganti kolostrum yang telah
mendahuluinya kemudian laktasi dimulai.
Ketika bayi menghisap, reflek saraf merangsang lobus posterior kelenjar pituitary untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang efek “letdown”
(mengalirkan), menyebabkan ejeksi air susu dan sinus laktiferus payudara
ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika sel-sel laktasi
terangsang untuk mengalirkan air
susu lebih banyak. Proses ini bisa berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan tahunan. (Mary Hamilton, 2005).
Faktor yang
mempengaruhi laktasi:
1). Faktor anatomis buah dada
2). Faktor Fisiologis
3). Faktor nutrisi
4). Faktor istirahat
5). Faktor isapan anak
6). Faktor obat-obatan
7). Faktor psikologis.
f.
Sistem Integumen
Cloasma gravidarum tidak nampak lagi pada akhir kehamilan Palmar eritema, spider angioma akan berkurang seiring
dengan penurunan esterogen.
5.
Adaptasi Psikologis Post Partum
Adaptasi psikologis post partum
adalah suatu proses penyesuaian seorang ibu pasca
melahirkan yang dimulai dan masa-masa
ketergantungan pada orang lain sampai dengan tahap mandiri. Adapun tahapan adaptasi psikologi post partum
dapat terbagi dalam beberapa fase,
antara lain (Reva Rubin, 2003) :
a.
Fase Taking In (ketergantungan)
Terjadi 1-2 hari post partum, dimana pada fase
ini fokus ibu pada dirinya sendiri
dan tergantung orang lain. Ibu
selalu menceritakan pengalamanpengalamannya saat melahirkan.
b.
Fase Taking Hold (tergantung-tidak tergantung)
Terjadi 3 hari post partum berakhir minggu keempat sampai
minggu kelima, dimana ibu mulai antusias
merawat bayinya.
c.
Fase Independent (letting go)
Dimulai minggu ke lima
sampai minggu keenam post partum. Secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab secara normal dan
menerima bayinya sebagai bagian dan dirinya.
B. Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian (Rider Sharon, 2007)
a. Biodata
b. Riwayat Kehamilan
c. Riwayat Persalinan :
1). G.P.A. (Gravida, Partus,
Abortus)
2). Masa Gestasi
3). Tanggal Persalinan
4). Jenis Persalinan
5). Lama Persalinan
6). Keadaan Anak dan APGAR Score
d.
Vital Sign: TD, Nadi, Respirasi
e.
Payudara dan puting susu
1). Tanda Pembengkakan
2). Puting susu menonjol/tidak,
lecet/tidak
3). Kebersihan buah dada
4). Colostrum dan ASI
f.
Abdomen dan fundus uteri
Palpasi : TFU, posisi,
kontraksi. DRA
Anamnese : sudah BAK/BAB belum
Auskultasi : bising usus
g.
Lochea
Jumlah, warna, bau
h.
Perineum
1). Luka episiotomi dan jahitan
: REEDA scale.
2). Nyeri, kebersihan, hemoroid.
i.
Ekstrimitas bawah
Oedema, kekuatan, hangat, tanda homas’s positif
j.
Nutrisi
k. Istirahat dan nasa nyaman
Kualitas dan kuantitas tidur, cemas, nyeri
l.
Status psikologi
Respon ibu terhadap persalinan, bayi, respon keluarga, reaksi ayah
m. Data spiritual
n. Pengetahuan
Infancare, selfcare, KB, Seksualitas post partum
o. Pemeriksaan laboratorium
1)
Hemoglobin
2)
Hematokrit
3)
Leukosit
Sumber : Reeder,
Sharon, 2007
2.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges dkk
(2001) dan Carpenito J.L (2005) diagnosa keperawatan yang timbul pada post
partum antara lain :
a.
Potensial gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebihan.
b.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan trauma persalinan, efek
anestesi.
c.
Gangguan eliminasi : perubahan pola BAK berhubungan dengan trauma
persalinan, efek anestesi.
d.
Potensial infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder terhadap
trauma persalinan.
e.
Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
f.
Defisit selfcare dan infantcare berhubungan dengan defisit knowledge
tentang selfcare dan infantcare.
g.
Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan kecemasan
hospitalisasi, waktu perawatan bayi.
h.
Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan
transisi pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran.
3.
Perencanaan
a.
Potensial gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan.
Tujuan : Mencegah terjadinya kekurangan cairan
tubuh.
Kriteria
Hasil :
1)
Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
2)
Proses involusi uterus sesuai masa nifas
3)
Jumlah Lochea normal 400 – 1200 cc
4)
Warna sesuai dengan masa nifas
5)
Intake output sesuai.
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah dan nadi
Rasionalisasi : Hipotensi, takicardi, merupakan gejala dari
hipovelemia.
2) Kaji proses intrapartal
Rasionalisasi: Kehilangan darah berlebihan path waktu
kelahiran yang berlanjut pada periode pasca partum dapat diakibatkan persalinan
yang lama, estimulasi oksitosin, uterus overdistansi atau anestesi umum.
3) Ukur TFU dan kontraksi uterus tiap 8 jam
Rasionalisasi: Kontraksi uterus berfungsi menekan pembuluh
darah endometrial.
4) Massage fundus perlahan atau lembut
Rasionalisasi: Merangsang kontraksi uterus dapat mengontrol
pendarahan.
5) Ajarkan ibu untuk menyusui
Rasionalisasi: Isapan akan merangsang kelenjar pituitary
posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang berdampak kontraksi uterus
6) Kaji lochea
Rasionalisasi: Untuk mengetahui adanya involusi uterus dan
terjadinya infeksi
7) Anjurkan klien untuk minum yang cukup (2000
cc/hari)
Rasionalisasi: Penambahan cairan akan mengkompensasi cairan
tubuh yang hilang.
8) Evaluasi intake - output
Rasionalisasi: Menilai
balance cairan.
9) Check Hb-Hct
Rasionalisasi: Hb menurun Hct meningkat merupakan indikator
Hipovolemia
10) Persiapan pemberian cairan intra vena, tranfusi
Rasionalisasi: Membantu meningkatkan volume cairan.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
trauma persalinan.
Tujuan : Mengatasi
rasa nyeri.
Kritenia Hasil :
1) Klien secara verbal menyatakan nyeri berkurang.
2) Klien mampu menerapkan secara khusus intervensi
untuk mengatasi ketidaknyamanan.
Intervensi :
1)
Kaji
adanya nyeri, tingkat, lokasi dan sifat.
Rasionalisasi : Membantu mengidentifikasi faktor yang
memperberat.
2)
Kaji
perineum dan penyembuhan luka episiotomi.
Rasionalisasi: Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada
jaringan perineal dan /komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
3)
Berikan
kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam I setelah kelahiran.
Rasionalisasi : Meningkatkan vasokontriksi dan mengurangi oedema
dan vasodilatasi.
4) Anjurkan klien untuk berambulasi perlahan-lahan
terutama saat duduk.
Rasionalisasi : Mengurangi tekanan
pada perineum.
5)
Kaji
payudara ada pembengkakan / tidak, puting pecah-pecah/tidak.
Rasionalisasi: Pembengkakan
payudara, nyeri tekan puting, atau adanya pecah-pecah pada puting dapat terjadi
2-3 hari post partum.
6)
Ajarkan
klien perawatan payudara.
Rasionalisasi: Perawatan payudara
sejak dini akan mengurangi resiko gangguan pada payudara.
7)
Ajarkan
klien untuk perawatan perineum.
Rasionalisasi: Mengurangi
intensitas nyeri.
c. Gangguan eliminasi : perubahan pola BAK
berhubungan dengan trauma persalinan, efek anestesi.
Tujuan : Mengatasi
gangguan eliminasi BAK.
Kritena Hasil :
1) Klien dapat BAK tanpa dibantu dalam 6-8 jam
post partum.
2) Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih.
Intervensi :
1) Kaji masukan cairan dan keluaran urine
terakhir. Catat masukan cairan intrapartal dan keluaran wine dan lamanya
persalinan.
Rasionalisasi : Persalinan yang
lama dan penggantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan dehidrasi
dan menurunkan keluaran urine.
2) Palpasi kandung kemih, TFU dan pantaujumlah
cairan lochea.
Rasionalisasi: Distensi kandung
kemih menyebabkan peningkatan relaksasi uterus dan cairan lochea.
3) Kaji adanya oedema, luka episiotomi dan
anastesi yang digunakan.
Rasionalisasi: Trauma kandung
kemih atau oedema dapat mengganggu berkemih, anastesi dapat mengganggu sensasi
kandung kemih.
4) Instruksi klien untuk melakukan latihan Kegel
setiap hari setelah efek-efek anastesi berkurang.
Rasionalisasi: Latihan Kegel 100
kali / hari meningkatkan sirkulasi pada perineum, membantu memulihkan otot
pubokoksigeal dan mencegah atau menurunkan inkontinensia stress.
5) Anjurkan minum 6-8 gelas / hari.
Rasionalisasi : Membantu mencegah
stasis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.
d. Potensial infeksi berhubungan invasi bakteri
sekunder terhadap trauma persalinan.
Tujuan: Mengatasi
kemungkinan terjadinya infeksi.
Kriteria Hasil :
Klien bebas infeksi.
Intervensi:
1) Kaji riwayat intrapartal, KPD, partus lama,
perdarahan dan tertahannya plasenta.
Rasionalisasi : Mengidentifikasi faktor resiko infeksi.
2) Monitor suhu tubub dan nadi tiap 8 jam. Kaji
adanya menggigil, anoreksia.
Rasionalisasi: Peningkatan suhu sampai 38,30 C
dalam 24 jam pertama menandakan infeksi.
3) Kaji fundus uteri, involusi uterus, lochea.
Rasionalisasi : Perubahan suhu dan lochea yang tidak sesuai
dengan masa nifas menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau
infeksi.
4) Kaji luka episiotomi tiap 8 jam.
Rasionalisasi : Diagnosa ini dari infeksi lokal dapat mencegah
penyebaran pada jaringan uterus.
5)
Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih.
Rasionalisasi: Gejala ISK dapat tampak ban ke-2 sampai ke-3 post partum karena naiknya infeksi traktus dan urethra kandung kemih dan kemungkinan ke
ginjal.
6) Anjurkan perawatan perineum setelah BAK/BAB dan sebelum mandi.
7) Anjurkan mengkonsumsi makanan TKTP,
Vit C, Fe dan intake cairan 2000 cc/hari.
Rasionalisasi: Makanan TKTP,
Vit C membantu penyembuhan dan regenerasi janingan baru. Peningkatan cairan mencegah stasis urine dan masalah-masalah ginjal.
8)
Kolaborasi pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi luka episiotomi.
e. Gangguan eliminasi BAB :
konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan
aktivitas.
Tujuan: Gangguan eliminasi teratasi.
Kritenia Hasil : Klien
secara verbal mengatakan mampu BAB normal tanpa keluhan sesuai pola.
Intervensi :
1)
Kaji bising usus, diastasis recti.
Rasionalisasi : Mengevaluasi fungsi usus.
Diastasis recti berat menurunkan
tonus otot abdomen yang diperlukan untuk mengejan selama pengosongan.
2)
Kaji adanya Hemoroid.
Rasionalisasi : Hemoroid akan menyebabkan
gangguan eliminasi.
3) Anjurkan diet makanan tinggi serat, peningkatan cairan.
Rasionalisasi : Makanan tinggi
serta dan peningkatan cairan merangsang
eliminasi.
4)
Anjurkan
peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
Rasionalisasi : Membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal.
5)
Kolaborasi pemberian laksantif, supositona atau enema.
Rasionalisasi : Meningkatkan untuk kembali ke kebiasaan defekasi normal dan
mencegah mengejan atau stress perianal selama pengosongan.
f.
Defisit selfcare dan infant care berhubungan dengan defisit knowledge selfcare dan infantcare.
Tujuan : Klien mampu merawat diri
sendiri.
Kriteria Hasil :
1) Klien mengungkapkan
dengan verbal mampu melakukan perawatan diri.
2) Klien menunjukkan
kemampuan perawatan bayi.
Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan post partum.
2) Diskusikan dengan
klien dan keluarga tentang perawatan post partum dan berikan rencana penyuluhan
kesehatan.
Rasionalisasi
: Menjamin kelengkapan informasi yang diberikan.
3) Ajarkan dan anjurkan
perawatan payudara, perineal, personal hygiene.
4) Demonstrasikan teknik
perawatan payudara.
Rasionalisasi : Membantu penguasaan
tugas baru.
5)
Diskusikan tentang penggunaan
kontrasepsi.
6)
Informasikan tentang perawatan bayi: memandikan, merawat tali pusat, menyusui.
g.
Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan
kecemasan hospitalisasi, waktu perawatan bayi.
Tujuan :
Pola istirahat dapat kembali normal.
Kriteria Hasil : Secara verbal klien mengucapkan dapat
beristirahat cukup.
Intervensi :
1) Kaji tingkat
kelemahan pasien dan kebutuhan
istirahatnya.
2) Anjurkan klien untuk mengatur
antara istirahat dan perawatan bayi.
3) Informasikan bahwa
keadaan fisik dan psikologi itu
berpengaruh pada produksi ASI.
4) Libatkan keluarga dalam perawatan
anak agar ibu dapat beristirahat
dengan cukup.
5) Kaji faktor-faktor
yang mempengaruhi istirahat ibu :
kecemasan~ konflik.
6) Ciptakan suasana lingkungan
yang terapeutik.
7) Tingkatkan kebiasaan
menjelang tidur minum susu, minum hangat, membaca.
h.
Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan
transisi pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran.
Tujuan :
Keluarga dapat memahami adanya perubahan
proses dalam keluarga.
Kriteria Hasil :
Ayah-ibu menunjukkan tingkah laku kasih sayang terhadap bayinya.
Intervensi :
1) Anjurkan ibu untuk
menyentuh, memegang dan memeriksa bayi.
2) Anjurkan ayah untuk
menggendong / menyentuh dan
pembantu merawat bayi.
3) Observasi interaksi
antara keluarga dengan bayi.
4) Fasilitasi keluarga
dan sibling untuk menjenguk/ menyentuh bayi.
5) Anjurkan segera memberikan ASI.
6) Beri penjelasan semua tentang
kebutuhan informasi yang
diperlukan klien tentang kondisinya dan perawataan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, M.L., Jensen, D.M., 2000, Perawatan Maternitas (terjemahan), Edisi I, YIA-PKP, Bandung .
Bobak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Kepearwatan Maternitas (terjemahan), Edisi IV, EGC,
Jakarkta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (terjemahan),
Edisi 6, EGC, Jakarta .
Carpenito, L.J., 2001, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (terjemahan),
EGC, Jakarta .
Dwidiyanti, M., 2008, Aplikasi
Model Konseptual Keperawatan, Depkes, Semarang.
Farrer, H., 2004, Perawatan Maternitas
(terjemahan), EGC, Jakarta.
Farrer, H., 2001, Perawatan
Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta .
Manuaba, I.B.G., 2008, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta.
Manuaba, I.B.G., 2003, Kepaniteraan Klinik Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 2,EGC, Jakarta .
Mochtar, R., 2008, Sinopsis Obstetri : Obstetri
Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, 2000, Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta .
Prawirohardjo, 2001, Ilmu
Kebidanan, Y.B.P.S.P, Jakarta .
Saefuddin, A.B., 2000, Buku Acuan Nasional (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal),
JNPKK POGI, Jakarta .
Tucker, S.M., 2008, Standar
Perawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi (terjemahan),
EGC, Jakarta.
0 komentar:
Post a Comment
mohon kritik dan saranya , thank you....