GANGGUAN TEGANGAN INSEPSI KORONA (TIK)
Definisi dan Etiologi
Gangguan
Tourette’s syndrome atau sindrom
Tourette adalah jenis gangguan neurologis yang ditandai oleh tics dan
vokalisasi dari kata-kata yang muncul secara berulang-ulang dan tidak disengaja
(Tourette Syndrome Association, 2008). Dalam PPDGJ-III sindrom
Tourette dikategorikan dalam gangguan tic dengan kode F95.2
(Maslim, 2003).
Diagnosis
Gejala sindrom
Tourette dapat berbeda antara satu anak dengan anak lainnya, namun berdasarkan
DSM-IV gejala umum yang biasanya muncul adalah (Zinner, 2004):
Berbagai
macam tics baik itu motorik maupun vokalisasi telah
muncul beberapa kali selama kurun waktu gangguan, walaupun tidak muncul
secara bersamaan
|
Tics sering muncul dalam
sehari (biasanya dalam rentang waktu yang pendek) dan hampir setiap hari atau
tidak teratur dalam periode lebih dari 1 tahun, dan selama periode ini tidak
pernah ada periode bebas tics yang lebih dari 3 bulan
|
Kemunculannya
pertama kali (onset) pada usia di bawah 18 tahun
|
Gangguan
tidak disebabkan langsung oleh pengaruh substansi (misalnya stimulant) atau
kondisi medik umum (misalnya penyakit Huntington atau postviral
encephalitis)
|
Dalam PPDGJ-III
kriteria diagnosisnya adalah (Maslim, 2003):
Tic motorik
multipel dengan satu atau beberapa tic vokal, yang tidak
harus timbul secara serentak dan dalam riwayatnya hilang timbul
|
Onset
hampir selalu pada masa kanak atau remaja. Lazimnya ada riwayat tic motorik
sebelum timbulnya tic vokal. Sindrom ini sering memburuk
pada usia remaja dan lazim pula menetap sampai usia dewasa
|
Tic vokal sering
bersifat multipel dengan letupan vokalisasi yang berulang-ulang, seperti
suara mendehem, bunyi ngorok, dan ada kalanya diucapkan kata-kata atau
kalimat-kalimat cabul. Ada kalanya diiringi gerakan isyarat ekopraksia, yang
dapat juga bersifat cabul (kopropraksia). Seperti juga pada tic motorik, tic vokal
mungkin ditekan dengan kemauan untuk jangka waktu singkat, bertambah parah
karena stress dan berhenti saat tidur
|
Dalam menegakkan
diagnosis, walaupun telah ada panduan yang cukup jelas seringkali terjadi
misdiagnosa (salah diagnosis) yang dapat berakibat buruk jika tidak
diperhatikan secara serius. Beberapa kondisi komorbid juga dapat muncul pada
anak atau remaja penderita sindrom Tourette, sehingga menambah kompleksitas
dalam melakukan diagnosis. Untuk meminimalisasi kemungkinan kesalahan
diagnosis, dapat dilakukan diagnosis banding dengan beberapa gangguan dan juga
melakukanscreening atas beberapa gangguan yang memiliki
komorbiditas dengan sindrom Tourette. Berikut ini adalah tabel yang memuat
berbagai diagnosis banding dan gangguan komorbid (Zinner, 2004):
Diagnosis Banding untuk Sindrom Tourette
|
|
Wilson disease
Sydenham chorea
Multiple sclerosis
Head injury
Postviral
encephalitis
Direct effects of a
substance (e.g., neuroleptic agent)
|
Myoclonus (brief, simple, shocklike muscle contraction)
Spasms, including
blepharospasm
Stereotypies (sering muncul pada
gangguan perkembangan pervasif)
Compulsions
Transient tic
disorder
Chronic tic
disorder
|
Gangguan-Gangguan
yang memiliki Komorbiditas dengan Sindrom Tourette
|
|
Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (AD/HD)
Obsessive-Compulsive
Disorder (OCD)
Gangguan belajar
Gangguan kecemasan
Gangguan suasana
hati (mood)
Gangguan tidur
|
Executive
dysfunctions (seperti
kemampuan organisasi yang buruk dan atau proses intelektual yang inefisien)
Perilaku melukai
diri
Gangguan
kepribadian
Oppositional
Defiant Disorder (ODD)
|
Ada 2 kategori untuk
sindrom Tourette (Tourette Syndrome Association, 2008):
Simple: Gejala-gejala yang
ditunjukkan adalah tics (seperti kedipan mata, gerak tubuh
& wajah) dan vokalisasi (seperti suara-suara serak yang berulang)
Complex: Gejala-gejalanya
lebih berat, termasuk melompat, berputar-putar, kompulsi, dan vokalisasi
pengulangan kata-kata atau suara (echolalia) dan umpatan (coprolalia)
Penyebab gangguan
Sindrom Tourette
sebagian besar terjadi secara genetik (minimal riwayat tics dan
OCD), namun pola pewarisan gangguan ini masih belum jelas (Robertson, 2000).
Selain itu juga terdapat kemungkinan bahwa sindrom Tourette merupakan akibat
dari gangguan perinatal, misalnya cedera saat kelahiran. Hipotesis terbaru
menyebutkan bahwa sindrom Tourette diakibatkan oleh PANDAS (Pediatric
Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal infections),
atau gangguan neuropsikiatris-autoimun yang disebabkan oleh infeksi bakteri
streptokokus maupun virus-virus yang diduga berperan dalam perkembangan
gangguan sindrom Tourette (Dhamayanti, dkk., 2004, Hoekstra, dkk., 2002,
Glickman, 2008).
Dalam perjalanan
gangguan, gejala akan lebih sering muncul jika anak merasakan tekanan (stress)
dan ketidakstabilan emosi, terutama tics yang menjadi lebih
sering muncul (Robertson, 2000).
0 komentar:
Post a Comment
mohon kritik dan saranya , thank you....