Ad 468 X 60

Ads

Best friend

BAYI BARU LAHIR


A.    Pengertian
                  Neonatus adalah masa sejak lahir hingga 28 hari (Bobak dan Jensen, 2005 : 572). Sedangkan Hamilton, Persis (2005 : 217) berpendapatan neonatus atau bayi atau baru lahir adalah dari lahir sampai usia 1 bulan periode neonatal atau neonatus adalah bulan pertama kehidupan dan selama periode neonatal bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang amat menakjubkan.
                  Kesimpulannya neonatus adalah bayi baru lahir yang mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri ke kehidupan intra uterin ke extra uterin sejak lahir hingga 28 hari atau usia 1 bulan.
Karakteristik dari Neonatus
      1.   Karakteristik Umum Neonatus
a.   Bentuk tubuh dan pengukuran
                  Neonatus kelihatan besar pada kepala dan badannya, tungkai pendek, kecil dan paha kecil, leher pendek dan goyah, hidung datar, telapak kaki terlihat janggal dan datar, garis tangan dan kaki jelas, terdapat bantalan lemak pada telapak kaki.
                  Genetalia walau kecil terlihat melebihi proporsinya. Bayi laki-laki cenderung lebih panjang dan berat ketimbang bayi perempuan.
      Batasan normal pada pengukuran tubuh :
1)   Lingkar kepala                      :   12 ½ - 14 inci (31 - 35,5 cm)
2)   Lingkar dada                         :   12-13 inci (30,5 - 33 cm)
3)   Panjang badan                       :   19-21 inci (48 - 53 cm)
      (puncak badan sampai tumit)
4)   Berat badan                           :   6-9 pound (2700 pound - 4000 gr)
b.   Kesadaran
      Enam keadaan tentang kesadaran pada bayi baru lahir :
1)   Menangis
      Keadaan menangis bayi mengeluarkan aktifitas motorik yang tidak jelas dan aktif menangis. Tangis yang normal adalah kuat dan keras/nyaring.
2)   Tidur nyenyak
      Keadaan tidur tenang bayi jarang bergerak dan pernapasan lambat serta teratur.     
3)   Tidur dengan gerakan mata yang tepat (REM, rapid eye movement)
      Keadaan tidur REM bayi bernafas tidak teratur dan meringis serta gerakan mata yang cepat.
4)   Aktif - sadar
      Keadaan aktif-sadar, bayi memperlihatkan gerakan tubuh yang aktif dengan ekpresi wajah tenang atau meringis.
5)   Tenang - sadar
      Keadaan sadar-tenang, bayi sadar tapi relaks. Mata terbuka dan terfokus.
6)   Transisional
      Keadaan transisional bayi mengalami dari satu keadaan sadar ke keadaan sadar lainnya.
c.   Kelenturan fisiologis
                  Semua neonatus normal memiliki kelenturan fisiologis seperti sejenis kepasifan baik pada stressor internal maupun stressor external, yang melindungi bayi selama jam-jam pertama dan beberapa hari setelah lahir terhadap dunia luar yang baru.
d.   Imunitas
                  Bila ibu memiliki antibodi terhadap penyakit menular tertentu, dan antibodi tersebut mengalir ke bayi melalui placenta. Imunitas pasif ini berakhir beberapa minggu sampai beberapa bulan.
e.   Tanda-tanda vital
                  Suhu turun, nadi, pernafasan pada bayi baru lahir bervariasi dalam berespon dengan lingkungan.
1)   Suhu tubuh bayi saat lahir sama dengan suhu tubuh ibunya (36,50C-37,20C), namun demikian bayi memiliki sedikit insulasi lemak, luas permukaan tubuh besar dan sirkulasi yang relatif buruk serta belum dapat berkeringat atau menggigil sehingga kemampuan bayi untuk mengatur suhu masih buruk.
2)   Nadi, denyut jantung bayi baru lahir 120-150 /menit saat aktifitas (menangis, gerakan involunter, perubahan suhu yang tiba-tiba).
3)   Pernapasan, pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalamannya, kecepatan dan iramanya 30-60 x/menit dan dipengaruhi oleh menangis, pernapasan mudah diamati pada gerakan abdomen (pernapasan diafragma dan otot-otot abdomen).
4)   Tekanan darah, tekanan darah biasanya sulit diukur secara akurat dengan sfigmomanometer konvensional, bila dengan manset selebar  1 inci (2,5 cm), tekanan sistolik rata-rata 80-60 / 45-50 mmHg pada saat lahir dan 100/50 mmHg sampai hari ke sepuluh.
5)   Kebutuhan Dasar, pada bayi baru lahir harus terpenuhi 3 yang pertama : bertahan, rasa aman dan nyaman, memiliki dan kasih sayang.
2.   Karakteristik Khusus Neonatus menurut Hamilton (2005 : 217-221) :
a.   Kepala, kepala neonatus ¼ dari panjang tubuh keseluruhan. Lingkar kepala bayi berkisar 12 ½ inci – 4 inci (31-35,5 cm), pada tulang kepala dapat terjadi saling tindih yang disebut molding.
      Diantara 2 tulang atau lebih yang menjadi satu terdapat ruang yang disebut pontanela (ubun-ubun kecil) denyutan kadang terlihat. Fontanela anterior lebih besar (bregma) tertutup sampai usia 18 bulan. Fontanela posterior tertutup bulan kedua pontanela anterior cekung menandakan dehidrasi, fontanel menonjol menunjukkan peningkatan tekanan intra kranial.
b.   Kulit, kulit bayi sangat halus, merah kehitaman karena tipis dan lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler.
      Karakteristik pada kulit bayi berupa:
1)   Vernik kaseosa
      Berupa pasta seperti keju yang melindungi kulit selama kehidupan di intra uterin dalam cairan amnion, setelah lahir vernik kaseosa hilang dalam 2 atau 3 hari.
2)   Milla
      Bintik keputihan khas pada hidung, pipi dan dahi bayi baru lahir, milla bertahap hilang sekitar 2 minggu.
3)   Lanugo
      Adalah rambut halus yang terdapat pada bahu, bokong, dan extremitas dan menghilang selama minggu pertama kehidupan.
4)   Eritema toksikum
      Ini adalah jenis dari “alergi kemerahan” yang terlihat sebagai bercak-bercak kemerahan pada kulit bayi normal dan menghilang secara bertahap.
5)   Bercak mongolian
      Terkadang, terdapat area bercak lebar hitam berpigmen pada bokong atau bagian bawah bayi dengan warna kulit kuning, menghilang sekitar 1 atau 2 tahun pertama.
6)   Tanda lahir (nevi)
      Bersifat sementara dan permanen, akibat kelainan struktur pigmen, pembuluh darah rambut atau jaringan lainnya.
7)   Ikterik
      Warna kuning pada kulit atau sklera mata disebabkan karena bilirubin berlebihan dalam darah dan jaringan, imaturitas hepar bayi baru lahir, menghilang sekitar hari ke tujuh yang biasa disebut ikterik neonatum.
c.   Rambut dan kuku
      Rambut bayi mungkin panjang dan tebal atau mungkin botak, bulu mata dan alis terdapat sejak lahir. Kuku jarinya mungkin panjang dan cukup tajam.
d.   Payudara
      Payudara pada bayi laki-laki dan perempuan mungkin terlihat membesar karena banyaknya hormon wanita dan darah ibu, kadang mensekresi colostrom.
e.   Genetalia
      Pada laki-laki testis normalnya turun selam kehidupan intrauterin dan telah berada pada kantung skrotum pada saat lahir. Pada bayi perempuan labia minora dan klitorisnya mungkin membengkak saat lahir akibat tingginya hormon wanita dalam darah ibu. Keluaran lendir putih pada vagina kadang dengan darah (perdarahan withdrawal). Reflek yang ditemukan pada neonatus yang normal menurut Ladewidg (2005 : 174) adalah sebagai berikut 
Reflek normal pada bayi lahir, menurut Ladewidg (2005:174) :
1)   Refleks moro
      Didapat dengan cara memberikan isyarat (teriakan, gerakan mendadak) pada bayi. Respon bayi baru lahir berupa menghentakkan tangan dan kaki lurus kearah ke luar, lutut fleksi dan bayi mungkin menangis.
2)   Refleks menggenggam
      Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah obyek atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang erat.
3)   Refleks menghisap
      Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu disentuh. Sebagai respon bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk menghisap obyek.
Reflek lain yang ditemukan menurut Bobak and Jensen (2000 : 575).
1)   Refleks tonus leher
      Reflek tonik leher atau reflek ”angguk” diobservasi pada neonatus dalam posisi terlentang. Ketika kepala bayi digerakkan ke kiri atau kanan, bayi membentangkan tangannya kemana kepalanya digerakkan dan menekukkan tangan yang berlawanan. Reflek ini tidak terlihat pada bayi usia 1 hari. Reflek ini dapat diamati sampai bayi berusia 3-4 bulan. Reflek yang terus menerus pada bayi yang melebihi usia 4 bulan menunjukkan adanya kelumpuhan pada otak.
D.  Perilaku Bayi untuk Tanda-tanda Kegawatan
1.   Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
       tanda-tanda : sesak nafas, frekuensi pernapasan 60 x/menit, gerak retraksi di dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat badan lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum.
2.   Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau beberapa
      tanda-tanda :   sulit minum, sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu, kejang/periode kejang-kejang kecil, merintih perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir < 1500 gram.
E.  Pemeriksaan Penunjang
                  Menurut Tucker et all (1998:883) pemeriksaan penunjang berupa : sample darah, tali pusat, pemeriksaan screening bayi baru lahir, hematokrit.
F.   Masalah bayi baru lahir Menurut Saiffudin (2006 : 337) :
1.   Asfiksia
2.   Gangguan nafas
3.   Hipotermi / hipertermi
4.   BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
5.   Dehidrasi
6.   Ikterus
7.   Infeksi / sepsis
8.   Tetanus neonatonum
9.   Kejang
10. Cidera lahir                












F.   Fisiologiway pada Bayi Baru Lahir






















G.  Penanganan Bayi Baru Lahir menurut Saiffudin (2000 : 133-136)
1.   Membersihkan jalan napas
                  Bayi normal akan menang spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung nangis, penolong segera membersihkan jalan napas, dengan cara :
a.   Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b.   Posisikan kepala lurus sedikit tengadah ke belakang dengan di ganjal dengan gulungan sepotong kain pada bahu.
c.   Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril.
d.   Tepuk kedua telapak kaki bayi 2-3 kali atau dengan pengisapan lendir.
2.   Memotong dan merawat tali pusat
                  Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah placenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi kecuali pada bayi kurang bulan. Apalagi bayi lahir tidak menangis maka tali puat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi.
                  Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol (70% / povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril yang diganti setiap hari atau setiap tali basah atau kotor.
3.   Mempertahankan suhu tubuh bayi
                  Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan suhu yang stabil dan harus dicatat.

4.   Memberi vitamin K
                  Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K cukup tinggi terjadi, untuk mencegah perdarahan tersebut semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan diberikan vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral K 0,5 – 1 mg IM.
5.   Memberi obat tetes / salep mata
                  Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Di daerah prevalensi gonorhea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam lahir, untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular seksual), obat berupa eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%.
6.   Identifikasi bayi
                  Dengan memberikan alat pengenal yang efektif kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan, mulai dari peralatan alat yang digunakan, disertai sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak dicatatan yang tidak mudah hilang.

H.  Konsep Tumbuh Kembang
                  Pertumbuhan fisik neonatus adalah hasil dan perubahan bentuk dan fungsi dari organisme pada neonatus ( 0 sampai 28 hari). Sedangkan menurut Soetjiningsih (1998:18) pertumbuhan fisik bayi meliputi berat badan bayi rata-rata 3500 gram, untuk tinggi badan rata-rata 50 cm. Sedang lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan lingkar kepala lebih besar dari lingkar dada.
                  Perkembangan neonatus menurut Atkinson (1998:131) adalah Atkinson (1998 : 131) mengemukakan tentang perkembangan neonatus meliputi :
1.   Pendengaran
                  Bayi akan terkejut mendengar bunyi nyaring dan akan memalingkan kepala ke arah sumber bunyi.
2.   Penglihatan
                  Neonatus memiliki ketajaman penglihatan yang buruk dan kemampuannya mengubah fokus masih terbatas, sehingga benda tampak kabur, kapasitas penglihatan bayi membaik secara cepat selama beberapa bulan pertama dan saat mereka mampu menambah.
3.   Pengecapan dan penciuman
      a.   Manis, maka bayi akan senyum kecil
      b.   Larutan asam menyebabkan bibir dan hidung mengkerut
      c.   Ekspresi seperti jijik untuk cairan pahit
      d.   Mamalingkan muka ke arah bau-bauan amis
4.   Belajar dan memori
      Lebih sedikit memperhatikan stimulus berulang
5.   Temperamen
      a.   Ada yang pendiam dan jarang menangis
      b.   Ada yang banyak bergerak dan menendang-nendang
      c.   Ada yang mengabaikan suara kecuali suara nyaring
                  Sedangkan Semiun, Yustinus (2006 : 102-103) menambahkan bahwa bayi pada usia 0-12 bulan dalam fase oral. Pada fase ini anak mampu memberi kepuasan atau kebahagiaan melalui mulut dengan cara menghisap, menelan, memainkan bibir, makan dan minum, dll. Bila tidak terpenuhi akan marah, menangis, menggigit (tahap infantil).
                  Untuk fase perkembangan infant pada teori perkembangan psikososial oleh Ericson berada pada Trust vs Mistrus 0-1 tahun. Dalam tahap ini menurutnya bayi memiliki kriteria :
1.   Komponen awal dan sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya yang mendasari kehidupan.
2.   Bayi tergantung dengan orang lain
3.   Aman dan percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi
4.   Ibu dan anak
      a.   Kebutuhan fisik
      b.   Kebutuhan psikologis
      c.   Kebutuhan sosial
                  Adapun masalah yang mungkin muncul pada tahap ini adalah sulit makan, sensitif, cemas, ingin melekat ibu, kebergantungan kuat.
     
I.    Fokus Pengkajian
                  Fokus pengkajian dasar data neonatus usia 2 jam samapai 3 hari menurut Doenges et. all (2001 : 570) :
1.   Aktivasi/istirahat
                  Bayi tampak semi-koma saat tidur dalam; meringis/tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan (REM); tidur sehari rata-rata 10 jam.
2.   Sirkulasi
                  Rata-rata nadi apikal 120-160 dpm, 70-100 dpm (tidur) sampai 180 dpm (menangis), murmur jantung sering ada selama posisi transisi.
                  TD 60-80 / 40-45 rata-rata tekanan istirahat kira-kira 74/46 mmHg. Tali pusat diklem dengan aman tanpa rembesan darah, mengerut dan menghitam pada hari ke-2 atau ke-3.
3.   Eliminasi
                  Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus aktif, urin tidak berwarna atau kening pucat (6-10 popok / 24 jam), pergerakan feses mekonium dalam 24-48 jam.
4.   Makanan/cairan
                  Berat badan rata-rata 2500-4000 gr, mulut : salifa banyak, lepuh cekung, palatum keras.
5.   Neurosensori
                  Lingkar kepala 32-37 un; fontanel anterior dan posterior lunak dan datar kaput suksedonum dan atau molding mungkin selama 3-4 hari. Mata dan kelopak mata mungkin edema; atau hemoragi retina, konjungtivitis. Telinga sejajar dengan bagian dalam dan luar kantus mata. Pemeriksaan neurologis : adanya refleks moro, plantar, genggaman palmar, babinski’s. Tidak adanya kegugupan, letargi, hipotonia dan parase.
6.   Pernapasan
                  Takipnea sementara dapat terlihat khususnya setelah kelainan sesaria atau presentasi bokong. Pola pernapasan : difragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron (inspirasi yang lambat menunjukkan distiess pernapasan. Pernapasan cuping hidung.
7.   Keamanan
      Warna kulit           : Akrosianosis mungkin ada untuk beberapa hari selama periode transisi (kebiruan luas menandakan polisitemia)
      Sefalohematoma    : Dapat tampak sehari setelah kelahiran. Peningkatan ukuran pada usia 2-3 hari, kemudian direabsorpsi perlahan lebih dari 1-6 bulan.
      Ektremitas             : Gerakan rentang sendi normal ke segala arah, tonus otot baik.
8.   Seksualitas
      Genetalia wanita   : Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina atau himen dapat terlihat; rabas mukosa putih (smegma), rabas berdarah sedikit (pseudomenstruasi) mungkin ada.
      Genetalia pria        : Testis turun, skrotum tertutup dan rugae, fimosis biasa terjadi.
9.   Pemeriksaan Diagnostik
      Jumlah sel darah putih : 18.000 /mm3
      Hb : 15-20 g/dl
      Ht : 43% - 61 %

J.   Fokus Intervensi
                  Fokus intervensi pada bayi baru lahir menurut Doenges et all (2001 : 572) antara lain :
1.   Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan stessor intra partum, stress akibat dingin dan produksi mukus berlebihan.
      a.   Tujuan   :   Tidak ada tanda distress pernapasan
      b.   KH        :   1)   Jalan napas paten dengan frekuensi pernapasan normal 30-60 x/menit
                              2)   Tidak terjadi sianosis
      c.   Intervensi :
1)      Kaji frekuensi dan upaya pernapasan
2)      Hisap nasofaring sesuai kebutuhan
3)      Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk menyokong punggung
4)      Auskultasi bunyi napas, perhatikan adanya crakles atau ronchi
5)      Kolaborasi dalam pemberian O2 sesuai indikasi dan kondisi BBL
2.   Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolik, kebutuhan kalori tinggi, kelelahan, simpanan nutrisi minimal.
a.   Tujuan   :   Tidak terjadi perubahan nutrisi
b.   KH        :   1)   Tidak menunjukkan penurunan berat badan
                        2)   Tidak ada tanda-tanda hipoglikemia
c.   Intervensi :
1)      Timbang berat badang tiap hari
2)      Observasi bayi terhadap indikasi masalah dalam pemberian makan
3)      Perhatikan jumlah dan frekuensi pemberian makan
4)      Lakukan pemberian makanan oral, berlanjut pada formula untuk bayi yang makan melalui botol
5)      Kolaborasi pemberian glukosa dengan segera peroral atau intra vena
3.   Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, ketidaadekuatan imunitas yang didapat.
      a.   Tujuan   :   Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
      b.   KH        :   Menunjukkan pemulihan tali pusat tepat waktu
      c.   Intervensi :
1)      Tinjau ulang faktor-faktor ibu yang membuat bayi cenderung terkena infeksi
2)      Ajarkan tehnik cuci tangan yang tepat sebelum memegang bayi
3)      Kaji tali pusat dari tanda-tanda infeksi
4)      Anjurkan kepada ibu untuk menyusui dini
5)      Kolaborasi pemberian antibiotik : topikal, oral, atau parenteral
4.   Resiko tinggi terjadi cidera SSP berhubungan dengan profil darah yang abnormal.
      a.   Tujuan   :   Bebas dari cidera
      b.   KH        :   Menunjukkan kadar bilirubin di bawah 18 mg/dl
      c.   Intervensi :
1)      Kaji terhadap tanda-tanda ikterus
2)      Kaji tanda-tanda SSP yang berhubungan dengan ikterus
3)      Lakukan temuan abnormal melalui pengkajian bayi baru lahir
4)      Kolaborasi pemberian vitamin K secara IM
5.   Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan berhubungan dengan keterbatasan masukan oral, regurgitasi berlebihan, peningkatan kehilangan  berlebihan tidak kasat mata.
      a.   Tujuan   :   Tidak ada tanda-tanda kekurangan volume cairan
      b.   KH        :   Bayi berkemih 2 sampai 6 kali dengan keluaran 15 sampai 60 ml/kg/hari
      c.   Intervensi :
1)      Lakukan pemberian makanan oral, perhatikan jumlah yang ditelan dan yang dimutahkan
2)      Pantau masukan dan haluaran cairan
3)      Kurangi stressor dingin
4)      Perhatikan stressor dingin
6.   Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi (amoniak, urea), iritasi kimia/bahan popok, faktor mekanis.
      a.   Tujuan   :   Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
      b.   KH        :   Pola defekasi biasa/optimal
      c.   Intervensi :
1)      Kaji area popok terhadap ruam yang dapat terkikis
2)      Anjurkan untuk penggantian popok
3)      Bersihkan dan keringkan menyeluruh terhadap area berak dan defekasi
4)      Anjurkan orang tua untuk mengganti popok dan tekankan pentingnya tidak menggunakan bedak
5)      Anjurkan untuk menghubungi pemberi pelayanan kesehatan untuk ruam popok berat atau menetap
                  Selain fokus intervensi yang disebutkan di atas, Tucker et all (1998:886) menyatakan fokus intervensi pada bayi baru lahir antara lain :
1.   Potensial terhadap ketidakefektifan thermoregulasi berhubungan dengan transisi dari intra uteri ke ekstra uteri, mekanisme thermoregulasi imatur.
      a.   Tujuan   :   Termoregulasi efektif
      b.   KH        :   Bayi mempertahankan suhu normal 36,50C-37,50C
      c.   Intervensi :
1)      Pertahankan suhu aksila 36,50C, periksa setiap 30 menit selama 2 jam sampai stabil
2)      Kembalikan pada sinar penghangat setelah mandi
3)      Atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan bayi


      

0 komentar:

Post a Comment

mohon kritik dan saranya , thank you....